Selasa, 10 Juni 2008

Shalat Menuntun Manusia kepada Tuhan

expr:id='"post-" + data:post.id'>

Setelah memahami makna daripada Tidak ada yang patut disembah selain Allah selanjutnya laksanakanlah shalat sepenuh hati karena mengenai ini selalu ditekankan kewajibannya oleh Al-Qur’an seperti pada ayat:


"Maka celakalah mereka yang bersembahyang, tetapi lalai dari sembahyang mereka" (S.107 Al-Maun:5-6).





Patut kiranya dimengerti bahwa yang namanya shalat itu adalah bentuk permohonan yang diajukan oleh seorang pengabdi kepada Tuhan pada saat ia merasakan kesedihan karena merasa terpisah dari Wujud-Nya. Dengan hati yang mencair ia memohon dapat diizinkan bertemu dengan Tuhan-nya, karena tidak ada yang bisa disucikan kecuali Tuhan mensucikannya dan tidak ada yang dapat bertemu dengan Tuhan hingga Dia berkenan.

Manusia terbelenggu oleh berbagai kekang rantai dan jerat leher. Ia menginginkan kebebasan tetapi belenggu-belenggu tersebut tetap menjerat. Seberapa besarnya niat manusia menginginkan kesucian namun jiwanya yang sangat menyesali (nafs lawwamah) masih juga terkadang tergelincir. Hanya rahmat Tuhan saja yang bisa mensucikan manusia dari dosa. Tidak ada kekuasaan yang dapat mensucikan kalian berdasar daya kekuatan sendiri semata. Tuhan sudah memberikan jalan berupa shalat guna menumbuhkan perasaan-perasaan yang suci. Shalat merupakan doa yang diajukan kepada Allah s.w.t. saat merasakan kegalauan dengan hati yang terbakar sedemikian rupa sehingga segala pikiran keji dan jahat bisa dienyahkan dan sebagai gantinya muncul hubungan suci dengan Allah s.w.t. melalui pelaksanaan firman-firman Tuhan.
Arti kata shalat itu sendiri mengindikasikan bahwa doa hakiki tidak semata diutarakan oleh lidah saja, tetapi juga harus disertai rasa seperti kalbunya itu solah-olah terbakar dan terpanggang dalam api. Allah s.w.t. tidak akan menerima doa hamba-Nya kecuali yang bersangkutan pada saat berdoa itu seolah-olah mengalami kematian.

Sesungguhnya shalat merupakan doa dalam bentuknya yang paling luhur, tetapi manusia tidak menyadarinya. Di zaman ini banyak sekali umat Muslim yang melakukan pengulangan rumusan-rumusan kesalehan seperti halnya kaum tarekat Naushahi dan Naqshbandi1 dan lain-lain. Sayang sekali tidak ada dari mereka yang menyadari bahwa ajaran mereka tidak sepenuhnya bersih dari segala bid'ah. Mereka ini tidak menyadari realitas shalat dan karenanya mengecilkan arti firman-firman Allah s.w.t. Bagi seorang pencari tidak ada dari bid=ah-bid=ah tersebut yang bermanfaat dibandingkan dengan shalat sendiri. Cara yang diperlihatkan Hazrat Rasulullah s.a.w. ialah ketika sedang menghadapi kesulitan maka beliau mengambil air wudhu, lalu menegakkan shalat dimana segala doa beliau panjatkan saat shalat tersebut. Pengalamanku sendiri mengatakan bahwa tidak ada yang membawa seseorang lebih dekat kepada Allah s.w.t. kecuali melalui shalat.

Berbagai sikap yang dilakukan saat shalat menggambarkan rasa hormat, rendah hati dan kelembutan. Dalam Qiyam (sikap berdiri tegak) si pelaku shalat berdiri sopan dengan kedua tangan terlipat di dada laiknya seorang hamba yang berdiri takzim di hadapan tuan atau rajanya. Dalam sikap Ruku (membungkukkan tubuh) si pelaku shalat membungkukkan dirinya dengan segala kerendahan hati. Puncak dari kerendahan hati itu dicapai saat Sujud yang menggambarkan puncak rasa ketidak-berdayaan si penyembah. (Khutbah dalam Jalsah Salanah, 1906; hal. 6-8).

* * *

Lakukanlah shalat secara teratur. Ada orang-orang yang merasa cukup dengan melakukan shalat hanya sekali dalam sehari. Mestinya mereka menyadari bahwa tidak ada manusia yang dikecualikan dari ketentuan tersebut, tidak juga para Nabi. Ada diutarakan dalam sebuah Hadith bahwa sekelompok orang yang baru saja baiat ke dalam Islam, memohon kepada Hazrat Rasulullah s.a.w. agar mereka dibebaskan dari kewajiban melakukan shalat. Beliau berujar: 'Agama yang tidak menentukan suatu kewajiban, bukanlah suatu agama sama sekali' (Malfuzat, vol. I, hal. 263).

* * *

Sekali lagi aku tekankan kepada kalian bahwa jika kalian ingin mencipta hubungan hakiki dengan Allah s.w.t., kerjakanlah shalat sedemikian rupa sehingga tubuh kalian, lidah kalian, ruhani kalian dan perasaan kalian semuanya menjadi perwujudan daripada shalat. (Malfuzat, vol. I, hal. 170).

* * *

Apakah shalat itu?

Apakah shalat itu? Shalat adalah permohonan doa yang diajukan kepada Allah yang Maha Agung dimana tanpa itu maka seseorang tidak bisa sepenuhnya dianggap bisa hidup dan memperoleh sarana keamanan dan kebahagiaan. Hanya berkat Rahmat Ilahi saja maka manusia bisa memperoleh keselesaan hakiki. Dari sejak saat itu maka yang bersangkutan akan merasakan kenikmatan dan kesenangan daripada shalat.

Sebagaimana ia mendapat kenikmatan dari makanan lezat, ia pun akan memperoleh kenikmatan dari isak dan tangisnya saat shalat. Sebelum ia mencapai kondisi demikian dalam shalatnya itu, perlu kiranya ia bersiteguh dalam shalatnya tersebut sebagaimana halnya orang yang harus menelan obat pahit agar pulih kembali kesehatannya. Perlu baginya tetap runut melaksanakan shalat dan mengajukan doanya meski saat itu ia belum merasakan kenikmatannya. Dalam keadaan seperti itu, ia harus mencari kepuasan dan kesenangan dalam shalat melalui pengajuan doa berikut:

Ya Allah, Engkau melihat betapa butanya diriku dan saat ini aku sepertinya seperti orang yang sudah mati. Aku menyadari bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi aku ini akan kembali menghadap kepada-Mu dimana tidak ada seorang pun bisa mencegahnya. Namun hatiku ini buta dan belum mendapat pencerahan. Turunkanlah ke dalam hatiku nyala nur yang terang agar hatiku diilhami dengan kecintaan kepada-Mu dan pengabdian kepada Engkau. Berkatilah aku dengan Rahmat-Mu ini agar aku tidak dibangkitkan nanti dalam keadaan buta atau bersama mereka yang tidak melihat.

Jika ia berdoa dengan cara ini dan bersiteguh dalam doanya maka ia akan melihat satu waktu akan datang ia merasakan sesuatu turun ke dalam hatinya ketika ia sedang berdoa demikian yang akan meluluhkan hatinya. (Malfuzat, vol. IV, hal. 321-322).

* * *


Tidak ada komentar: